Tips Menulis Cerpen

<div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">ketika kita hendak mulai menulis, seringkali, saat sudah menyalakan komputer dan memulai beberapa baris kalimat, tiba-tiba kita hanya bisa bengong di depan layar monitor tanpa bisa menuangkan tulisan apa pun. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Saya pribadi sering mengalami hal seperti itu. Misalnya kalimat atau susunan kata yang telah kita buat kita pandang tidak pas, atau wagu sehingga kita sendiri merasa tidak percaya diri untuk menuliskannya. Apa lagi sebelum saya bergabung dengan FLP.</span><br /> <br /> <span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Selain faktor tersebut, bisa jadi ide yang sebelumnya sudah kita siapkan di kepala mendadak hilang entah ke mana. Otak blank, pikiran melayang, sementara deadline tidak bisa lagi diajak kompromi. Padahal, dari pengalaman saya, semakin kita cemas, puikiran kita akan semakin kacau-balau. Alhasil, kita justru semakin terpuruk. Suntuk sendirian dan tidak menghasilkan satu buah tulisan pun yang jadi.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-hsTESruD8Os/T1pCxmCyQCI/AAAAAAAAANc/TXDLt1tV5iw/s1600/ayo-menulis.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="216" src="http://2.bp.blogspot.com/-hsTESruD8Os/T1pCxmCyQCI/AAAAAAAAANc/TXDLt1tV5iw/s320/ayo-menulis.jpg" width="320" /></a></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Hal demikian sangat wajar adanya. Untuk itulah para penulis pemula seperti kita seringkali disarankan untuk menggunakan pengandaian. Berikut ini tips yang saya dapatkan dari sebuah ebook terbitan <a href="http://sabda.org/publikasi/e-penulis/" target="_blank">e-Penulis</a> yang akan sangat berguna ketika kita hendak mulai menyusun cerpen. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">1. Taruh seseorang di atas pohon. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">2. Lempari dia dengan batu. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">3. Buat dia turun. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Kelihatannya aneh, tapi coba Anda pikirkan baik-baik, karena saran ini bisa diterapkan oleh penulis mana saja. Nah, ikuti langkah- langkah perencanaan seperti yang disarankan di bawah ini kalau Anda ingin menulis cerpen-cerpen yang hebat. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Perencanaan Sebuah Cerpen </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">1. Taruh seseorang di atas pohon.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Artinya munculkanlah sebuah keadaan yang harus dihadapi oleh tokoh utama cerita Anda.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">2. Lempari dia dengan batu.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Dari keadaan tokoh utama tersebut, kembangkan suatu masalah yang harus diselesaikan si tokoh utama tadi. Contoh: Kesalahpahaman, kesalahan identitas, kesempatan yang hilang, dan sebagainya.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">3. Buat dia turun.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Tunjukkan bagaimana tokoh Anda akhirnya mengatasi masalah itu. Pada beberapa cerita, hal terakhir ini seringkali juga sekaligus digunakan sebagai tempat memunculkan pesan yang ingin disampaikan penulis. Contoh: Kekuatan cinta, kebaikan mengalahkan kejahatan, kejujuran adalah kebijakan terbaik, persatuan membawa kekuatan, dsb. Ketika Anda selesai menulis, selalu (dan selalu) periksa kembali pekerjaan Anda dan perhatikan ejaannya, tanda bacanya dan tata bahasanya. Jangan menyia-nyiakan kerja keras Anda dengan menampilkan kesan tidak profesional pada pembaca Anda. Praktekkan perencanaan sederhana ini pada tulisan Anda selanjutnya. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Tema</span></b></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Setiap tulisan harus memiliki pesan atau arti yang tersirat di dalamnya. Sebuah tema adalah seperti sebuah tali yang menghubungkan awal dan akhir cerita di mana Anda menggantungkan alur, karakter, setting cerita dan lainnya. Ketika Anda menulis, yakinlah bahwa setiap kata berhubungan dengan tema ini. Ketika menulis cerpen, bisa jadi kita akan terlalu menaruh perhatian pada satu bagian saja seperti menciptakan penokohan, penggambaran hal-hal yang ada, dialog atau apapun juga. Untuk itu, kita harus ingat bahwa kata-kata yang berlebihan dapat mengaburkan inti cerita itu sendiri.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Cerita yang bagus adalah cerita yang mengikuti sebuah garis batas. Tentukan apa inti cerita Anda dan walaupun tema itu sangat menggoda untuk diperlebar, Anda tetap harus berfokus pada inti yang telah Anda buat jika tidak ingin tulisan Anda berakhir seperti pembukaan sebuah novel atau sebuah kumpulan ide-ide yang campur aduk tanpa satu kejelasan. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Tempo Waktu </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Cerita dalam sebuah cerpen yang efektif biasanya menampilkan sebuah tempo waktu yang pendek. Hal ini bisa berupa satu kejadian dalam kehidupan karakter utama Anda atau berupa cerita tentang kejadian yang berlangsung dalam sehari atau bahkan satu jam. Dan dengan waktu yang singkat itu, usahakan agar kejadian yang Anda ceritakan dapat memunculkan tema Anda. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Setting </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Karena Anda hanya memiliki jumlah kata-kata yang terbatas untuk menyampaikan pesan Anda, maka Anda harus dapat memilih setting cerita dengan hati-hati. Di sini berarti bahwa setting atau tempat kejadian juga harus berperan untuk turut mendukung jalannya cerita. Hal itu tidak berarti Anda harus selalu memilih setting yang tipikal dan mudah ditebak. Sebagai contoh, beberapa setting yang paling menakutkan bagi sebuah cerita seram bukanlah kuburan atau rumah tua, tapi tempat-tempat biasa yang sering dijumpai pembaca dalam kehidupan sehari-hari mereka. Buatlah agar pembaca juga seolah-olah merasakan suasana cerita lewat setting yang telah dipilih tadi. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Penokohan </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Untuk menjaga efektivitas cerita, sebuah cerpen cukup memiliki sekitar tiga tokoh utama saja, karena terlalu banyak tokoh malah bisa mengaburkan jalan cerita Anda. Jangan terlalu terbawa untuk memaparkan sedetail-detailnya latar belakang tiap tokoh tersebut. Tentukan tokoh mana yang paling penting dalam mendukung cerita dan fokuskan diri padanya. Jika Anda memang jatuh cinta pada tokoh-tokoh Anda, pakailah mereka sebagai dasar dalam novel Anda kelak. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Dialog </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Jangan menganggap enteng kekuatan dialog dalam mendukung penokohan karakter Anda, sebaliknya dialog harus mampu turut bercerita dan mengembangkan cerita Anda. Jangan hanya menjadikan dialog sebagai pelengkap untuk menghidupkan tokoh Anda. Tiap kata yang ditaruh dalam mulut tokoh-tokoh Anda juga harus berfungsi dalam memunculkan tema cerita. Jika ternyata dialog tersebut tidak mampu mendukung tema, ambil langkah tegas dengan menghapusnya. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Alur </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Buat paragraf pembuka yang menarik dan cukup membuat pembaca penasaran untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Pastikan bahwa alur Anda lengkap, artinya harus ada pembukaan, pertengahan cerita dan penutup. Akan tetapi, Anda juga tidak perlu terlalu berlama</span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 13pt; line-height: 150%;">-</span><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">lama dalam membangun cerita, sehingga klimaks atau penyelesaian cerita hanya muncul dalam satu kalimat, dan membuat pembaca merasa terganggu dan bingung dalam artian negatif, bukannya terpesona. Jangan pula membuat "twist ending" (penutup yang tak terduga) yang dapat terbaca terlalu dini, usahakan supaya pembaca tetap menebak-nebak sampai saat-saat terakhir.</span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Jika Anda membuat cerita yang bergerak cepat, misalnya cerita tentang kriminalitas, jagalah supaya paragraf dan kalimat-kalimat Anda tetap singkat. Ini adalah trik untuk mengatur kecepatan dan memperkental nuansa yang ingin Anda sajikan pada pembaca. </span></div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div><div class="Default" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;">Baca ulang </span></b><span style="font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Pembaca dapat dengan mudah terpengaruh oleh format yang tidak rapi, penggunaan tanda baca dan tata bahasa yang salah. Jangan biarkan semua itu mengganggu cerita Anda, selalu periksa dan periksa kembali.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br /> </div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Tulisan ini bagian dari ebook publikasi <a href="http://sabda.org/publikasi/e-penulis" target="_blank">e-Penulis.</a></span><br /> <br /> <span lang="EN-US" style="font-size: 14pt; line-height: 150%;">Selain link <a href="http://sabda.org/publikasi/e-penulis" target="_blank">e-Penulis</a>, bagi teman-teman yang ingin mendapatkan ebook gratis tentang  Novel atau cerpen silakan mendownloadnya <a href="http://duniadownload.com/" target="_blank">di sini! <span style="color: red;">Klik tulisan ini untuk mendownload.</span></a></span></div>

Tips Menulis Cerpen

ketika kita hendak mulai menulis, seringkali, saat sudah menyalakan komputer dan memulai beberapa baris kalimat, tiba-tiba kita hanya bisa b...

Lanjutkan Membaca

Alamat Email Media Massa

<div class="separator" style="clear: both; color: white; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-HYm3-CO8ZsU/T1bcVmEr5mI/AAAAAAAAANU/Dd6TQwDJdiU/s1600/gulung-koran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-HYm3-CO8ZsU/T1bcVmEr5mI/AAAAAAAAANU/Dd6TQwDJdiU/s320/gulung-koran.jpg" width="320" /></a></div><div style="color: white; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Berikut ini adalah beberapa alamat email media cetak yang mungkin Anda butuhkan. Kirim tulisan Anda via Attachment:</span></div><div style="color: white; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">NASIONAL</span></b></div><table border="0" id="table1" style="color: white; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Republika</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:sekretariat@republika.co.id"><span style="text-decoration: none;">sekretariat@republika.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Kompas</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:opini@kompas.com"><span style="text-decoration: none;">opini@kompas.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:opini@kompas.co.id"><span style="text-decoration: none;">opini@kompas.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:kompas@kompas.com"><span style="text-decoration: none;">kompas@kompas.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Media Indonesia</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@mediaindonesia.co.id"><span style="text-decoration: none;">redaksi@mediaindonesia.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Suara Pembaruan</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:koransp@suarapembaruan.com"><span style="text-decoration: none;">koransp@suarapembaruan.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:opinisp@suarapembaruan.com"><span style="text-decoration: none;">opinisp@suarapembaruan.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Sinar Harapan</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@sinarharapan.co.id"><span style="text-decoration: none;">redaksi@sinarharapan.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:info@sinarharapan.co.id"><span style="text-decoration: none;">info@sinarharapan.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Harian Pelita</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:hupelita@indo.net.id"><span style="text-decoration: none;">hupelita@indo.net.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Jawa Pos</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:editor@jawapos.com"><span style="text-decoration: none;">editor@jawapos.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:editor@jawapos.co.id"><span style="text-decoration: none;">editor@jawapos.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Suara Karya</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@suarakarya-online.com"><span style="text-decoration: none;">redaksi@suarakarya-online.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Koran Tempo</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:ndewanto@mail.tempo.co.id"><span style="text-decoration: none;">ndewanto@mail.tempo.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Majalah Tempo</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:hidayat@mail.tempo.co.id"><span style="text-decoration: none;">hidayat@mail.tempo.co.id</span></a> </span></td></tr> </tbody></table><div style="color: white; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">MEDIA DAERAH SUMATERA</span></b></div><table border="0" id="table2" style="color: white; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Waspada</span><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"> (Medan)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@waspada.co.id"><span style="text-decoration: none;">redaksi@waspada.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:waspada@waspada.co.id"><span style="text-decoration: none;">waspada@waspada.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Suara Indonesia Baru (Medan)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@hariansib.com"><span style="text-decoration: none;">redaksi@hariansib.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Batam</span><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"> Pos</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@harianbatampos.com"><span style="text-decoration: none;">redaksi@harianbatampos.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Serambi</span><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"> Indonesia (Aceh)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@serambinews.com"><span style="text-decoration: none;">redaksi@serambinews.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:serambi_indonesia@yahoo.com"><span style="text-decoration: none;">serambi_indonesia@yahoo.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Sriwijaya</span><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"> Post (Palembang)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:sripo@persda.co.id"><span style="text-decoration: none;">sripo@persda.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:sripo@mdp.net.id"><span style="text-decoration: none;">sripo@mdp.net.id</span></a> </span></td></tr> </tbody></table><div style="color: white; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">MEDIA DAERAH JAWA</span></b></div><table border="0" id="table3" style="color: white; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Pikiran Rakyat (Jawa Barat)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@pikiran-rakyat.com"><span style="text-decoration: none;">redaksi@pikiran-rakyat.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:info@pikiran-rakyat.com"><span style="text-decoration: none;">info@pikiran-rakyat.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Suara Merdeka (Jawa Tengah)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@suaramer.famili.com"><span style="text-decoration: none;">redaksi@suaramer.famili.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@kr.co.id"><span style="text-decoration: none;">redaksi@kr.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Koran Bernas (Yogyakarta)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:koranbernas@yahoo.com"><span style="text-decoration: none;">koranbernas@yahoo.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Harian Surya (Jawa Timur)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:surya1@padinet.com"><span style="text-decoration: none;">surya1@padinet.com</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Harian Duta Masyarakat (JaTim)</span></td> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:dumas@sby.centrin.net.id"><span style="text-decoration: none;">dumas@sby.centrin.net.id</span></a> </span></td></tr> </tbody></table><div style="color: white; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">MEDIA DAERAH BALI</span></b></div><table border="0" id="table4" style="color: white; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Bali Post                                         </span></td> <td width="207"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:balipost@indo.net.id"><span style="text-decoration: none;">balipost@indo.net.id</span></a> </span></td></tr> </tbody></table><div style="color: white; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">MEDIA DAERAH KALIMANTAN</span></b></div><table border="0" id="table5" style="color: white; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Banjarmasin Post                           </span></td> <td width="209"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:banjarmasin_post@persda.co.id"><span style="text-decoration: none;">banjarmasin_post@persda.co.id</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><br /> </td> <td width="209"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:bpostmania@telkom.net"><span style="text-decoration: none;">bpostmania@telkom.net</span></a> </span></td></tr> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Pontianak Pos</span></td> <td width="209"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:redaksi@pontianakpos.co.id"><span style="text-decoration: none;">redaksi@pontianakpos.co.id</span></a> </span></td></tr> </tbody></table><div style="color: white; text-align: justify;"><b><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">MEDIA DAERAH SULAWESI</span></b></div><table border="0" id="table6" style="color: white; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody> <tr> <td><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Harian Fajar (Makassar)                </span></td> <td width="209"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;"><a href="mailto:fajar@fajar.co.id"><span style="text-decoration: none;">fajar@fajar.co.id</span></a> </span></td></tr> </tbody></table><div style="color: white; text-align: justify;"><br /> <span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Jadi, setelah Anda selesai menulis di MS WORD sebanyak 700 - 1000 kata, maka kirimkan ke media yang dituju melalui email mereka. Sekali lagi, artikel dikirim via attachment. Dan jangan lupa tulis di subject email sbb: "Artikel Opini: " [judul tulisan anda di sini...]<br /> <br /> Langkah pertama, cobalah menulis ke koran, bukan majalah. Karena kolom di majalah biasanya pesanan dari redaksi; dan diisi penulis yang sudah terkenal.<br /> <br /> <br /> Catatan:<br /> <br /> 1. Email redaksi sejumlah harian/koran Indonesia di atas adalah email media cetak. Sedangkan email media online seperti detik.com, dll tidak termasuk di sini.<br /> <br /> 2. Perlu diketahui bahwa tulisan kita yang dimuat di media cetak, akan otomatis dimuat di website mereka masing-masing. Artinya, kalau tulisan kita tampil di website koran bersangkutan berarti dimuat di media cetaknya. Memang koran seperti Waspada (Medan) dan Riau Pos (Riau) pernah memiliki dua edisi online dan offline (cetak), tapi sekarang sudah tidak lagi. <br /> <br /> 3. Jangan pernah mengirim satu tulisan pada dua koran nasional atau dua koran yang satu daerah dalam waktu bersamaan. Karena kalau sama-sama dimuat di kedua koran tsb. kita akan mendapat sangsi berupa tulisan kita tidak akan lagi dimuat di keduanya. Akan tetapi, kalau dikirim pada dua koran yang lain segmennya, seperti ke koran nasional dan koran daerah itu tidak apa-apa walaupun seandainya sama-sama dimuat. (<i>Mario Gagho</i>).</span></div><div style="color: white; text-align: justify;"><br /> </div><div style="color: white; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana; font-size: x-small;">Diambil dari Ebook Gratis kepenulisan. Silakan Download ebook lengkapnya <a href="http://duniadownload.com/ebook-gratis-dunia-kepenulisan/ebook-tips-menulis-di-media-massa.html" target="_blank">di sini</a>. </span></div>

Alamat Email Media Massa

Berikut ini adalah beberapa alamat email media cetak yang mungkin Anda butuhkan. Kirim tulisan Anda via Attachment: NASIONAL Republika s...

Lanjutkan Membaca

SAYEMBARA MENULIS NOVEL DEWAN KESENIAN JAKARTA 2012

<span class="Apple-style-span">Untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menyelenggarakan Sayembara Menulis Novel. Lewat sayembara ini DKJ berharap lahirnya novel-novel terbaik, baik dari pengarang Indonesia yang sudah punya nama maupun pemula, yang memperlihatkan kebaruan dalam bentuk dan isi. Adapun persyaratannya adalah sebagai berikut.</span><br /> <strong>Ketentuan Umum</strong><br /> <ul><li> Peserta adalah warga negara Indonesia (dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau bukti identitas lainnya).</li> <li> Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.</li> <li> Naskah belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya.</li> <li> Naskah tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.</li> <li> Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.</li> <li> Tema bebas.</li> <li> Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan (sebagian atau seluruhnya).</li> </ul><strong>Ketentuan Khusus</strong><br /> <ul><li> Panjang naskah minimal 150 halaman A4, spasi 1,5, Times New Roman ukuran 12.</li> <li> Peserta menyertakan biodata dan alamat lengkap pada lembar tersendiri, di luar naskah.</li> <li> Empat salinan naskah yang diketik dan dijilid dikirim ke:</li> </ul>Panitia Sayembara Menulis Novel DKJ 2012<br /> Dewan Kesenian Jakarta<br /> Jl. Cikini Raya 73<br /> Jakarta 10330<br /> <ul><li> Batas akhir pengiriman naskah: 30 Agustus 2012 (cap pos atau diantar langsung).</li> </ul><br /> <strong>Lain-lain</strong><br /> <ul><li> Para Pemenang akan diumumkan dalam Malam Anugerah Sayembara Menulis Novel DKJ 2012 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada bulan Desember 2012.</li> <li> Hak Cipta dan hak penerbitan naskah peserta sepenuhnya berada pada penulis.</li> <li> Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat-menyurat.</li> <li> Pajak ditanggung pemenang.</li> <li> Sayembara ini tertutup bagi anggota Dewan Kesenian Jakarta Periode 2009-2012 dan keluarga inti Dewan Juri.</li> <li> Maklumat ini juga bisa diakses di <a href="http://www.dkj.or.id/"><span>www.dkj.or.id</span></a>.</li> <li> Dewan Juri terdiri dari kalangan sastrawan dan akademisi sastra.</li> </ul><br /> <strong>Hadiah</strong><br /> <table cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody> <tr> <td valign="top"> Pemenang utama<br /> </td> <td valign="top"> Rp.<br /> </td> <td valign="top"> 20.000.000<br /> </td> </tr> <tr> <td valign="top"> Empat unggulan<br /> </td> <td valign="top"> @Rp.<br /> </td> <td valign="top"> 4.000.000<span class="Apple-style-span"><span class="Apple-tab-span"> </span></span><br /> </td> </tr> </tbody></table><br /> <strong>Jadwal</strong><br /> <i>Publikasi Maklumat<span class="Apple-tab-span"> </span>: <span class="Apple-tab-span"> </span>Maret 2012</i><br /> <i>Pengumpulan karya<span class="Apple-tab-span"> </span>:<span class="Apple-tab-span"> </span>April—Agustus 2012</i><br /> <i>Penjurian<span class="Apple-tab-span"> </span>               :<span class="Apple-tab-span"> </span>September—November 2012 <span class="Apple-tab-span"> </span></i><br /> <i>Pengumuman pemenang<span class="Apple-tab-span"> </span>: <span class="Apple-tab-span"> </span>Akhir Desember 2012</i><br /> <br /> Cek langsung Klik <a href="http://www.dkj.or.id/news/sastra/sayembara-menulis-novel-dewan-kesenian-jakarta-2012" target="_blank">di sini. </a><i><br /> </i>

SAYEMBARA MENULIS NOVEL DEWAN KESENIAN JAKARTA 2012

Untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menyelenggar...

Lanjutkan Membaca

Fungsi "di" dalam bahasa Indonesia.

<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br /> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Ketika membuka akun  <i>facebook,</i> kita akan selalu dihadapkan pada ribuan status yang bertebaran di halaman beranda kita dengan berbagai, corak dan gaya penyampaian masing-masing si empunya akun. Beberapa di antaranya sangat menginspirasi kita, beberapa lainnya sekadar basa-basi membuang keluh-kegalauan yang (barangkali) sudah tidak memungkinkan lagi ditampung dalam hati, sehingga memilih mencurahkannya di dinding <i>facebook</i>, <i>twetter</i> dan sejenisnya. Semua sah-sah saja, <i>toh</i>, itu hak mereka. Dan postingan saya kali pun ini tidak ingin membahas soal status-status galau tersebut. Seperti saya sampaikan di atas, postingan kali ini terinspirasi dari banyak status yang hampir setiap hari saya baca di <i>facebook</i>.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-oLcL8X6keh0/T0DXEJVJ2-I/AAAAAAAAAKQ/aJ2lHB5aaNA/s1600/BEndera+BAngsa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="232" src="http://3.bp.blogspot.com/-oLcL8X6keh0/T0DXEJVJ2-I/AAAAAAAAAKQ/aJ2lHB5aaNA/s320/BEndera+BAngsa.jpg" width="320" /></a></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kali ini saya tergerak untuk membahas masalah pemakaian kata depan dan awalan “di” yang seringkali dicampuradukkan oleh penulisnya. Kelihatannya memang sangat spele, namun sebagai orang Indonesia yang sudah semestinya merasa bangga akan bahasanya sendiri, tentu kita patut untuk melestarikannya dengan cara menggunakannya sesuai kaidah yang sudah ditentukan. Namun, sayang sekali, pada kenyataannya setip hari banyak kita jumpai teman-teman kita yang masih abai terhadap penggunaan bahasa kita sendiri. Buat saya itu sesuatu yang memperihatinkan dan seyogyanya diluruskan.</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Dalam kaidah pemakaian bahasa Indonesia, kata “di” memunyai dua fungsi. Fungsi yang pertama,  “di” sebagai awalan atau lazim disebut <b><i>prefiks </i></b>dan yang kedua, “di” sebagai preposisi atau kata depan. Kalau kita cermati, kedua fungsi yang jelas-jelas berbeda ini acapkali dicampuradukkan dalam penggunaannya. </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Kata “di” dalam fungsinya sebagai prefiks atau awalan, selalu diikuti oleh kata kerja, dan ditulis serangkai dengan verba tersebut. Berbeda halnya dengan “di” sebagai kata depan atau preposisi, "di" selalu diikuti oleh kata yang menerangkan tempat. Dalam kasus ini, "di" harus ditulis terpisah dari keterangan tempat yang mengikutinya.  Berikut ini adalah contoh, “di” sebagai prefiks:</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Dicubit</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Dipukul</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Ditulis</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Dibohongi, dst.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Adapun contoh “di” yang berperan sebagai preposisi atau kata depan, adalah:</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di rumah</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di pasar</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di meja, dll. </div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Untuk keterangan tempat yang lebih spesifik, preposisi "di" mendapat tambahan kata yang sesuai dengan <b>kekhususan</b> tersebut, misalnya:</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di atas</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di bawah</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di luar</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";">         </span></span><span dir="LTR"></span>Di dalam, dsb.</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Dalam konteks ini, preposisi "di" harus tetap ditulis terpisah dari kata spesifik tambahan tersebut. Mari kita cermati contoh berikut ini:  di rumah, di meja, di sekolah, di kampus, dan di rumah adalah preposisi tidak khusus. Akan tetapi, ketika kita menulis: di dalam rumah, di atas meja, di depan sekolah, di belakang kampus, dan sbagainya, adalah preposisi spesifik, atau khusus).</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Preposisi "di" juga ditulis terpisah jika diikuti kata-kata, seperti antara (di antara), mana (di mana), sana/sini (di sana/sini). Preposisi "di" tidak boleh digunakan untuk menunjukkan waktu. Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada". Perhatikanlah contoh berikut: di zaman prasejarah, di era reformasi, di masa lalu, di bulan yang akan datang, dan di senja hari (<b>tidak sesuai dengan kaidah</b>). Penulisan yang benar seharusnya: pada zaman prasejarah, pada era reformasi, pada masa lalu, pada bulan yang akan datang, dan pada senja hari (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia). Kalaupun ada keterangan waktu yang menggunakan preposisi "di", biasanya hal semacam itu terdapat dalam sebuah sajak atau syair. Penyair memang memiliki kebebasan yang dikenal dengan sebutan <b><i>licentia poetica</i></b>. Seorang penyair biasanya harus menyusun kata-kata sedemikian rupa untuk mendapatkan kesesuaian rima, ketukan dalam kalimatnya sehingga dapat melahirkan efek rasa tertentu, sesuai dengan yang ingin mereka sampaikan.</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Lebih jauh lagi, Preposisi "di" tidak boleh digunakan jika yang mengikutinya adalah kata benda abstrak atau tak berwujud. Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada", atau "dalam". Misalnya: di perjamuan itu, di pikiranmu, di pertemuan itu, atau di saat ini (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, pada (dalam) perjamuan itu, pada (dalam) pikiranmu, pada (dalam) pertemuan itu, dan pada (dalam) kesempatan ini (sesuai dengan kaidah). Kata depan "di" tidak digunakan jika keterangan tempat didahului oleh angka (jika kata depan itu diikuti oleh angka), misalnya, Di sebuah desa, di dua sisi, di banyak kantor, dan di lima kota (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, Pada sebuah desa, pada dua kamar dipasang, pada banyak kantor, dan pada lima kota (sesuai dengan kaidah).</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;">Diramu dari situs <a href="http://pelitaku.sabda.org/" target="_blank">Pelitaku</a>.</div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br /> </div>

Fungsi "di" dalam bahasa Indonesia.

Ketika membuka akun   facebook, kita akan selalu dihadapkan pada ribuan status yang bertebaran di halaman beranda kita dengan berbagai, co...

Lanjutkan Membaca

“Rubah”: Salah kaparah yang dianggap lumrah?

<span style="font-size: xx-small;">Oleh Reno Rahardja</span><br /> <div style="text-align: justify;"> <br /> “Bahasa menunjukan bangsa”. Jika kutipan pepatah tua melayu tersebut saya tanyakan kepada Anda, saya yakin sekali Anda pernah, bahkan sering mendengar ungkapan “sakral” tersebut. Entah siapa sesungguhnya orang yang pertama kali mengatakannya, namun yang pasti kalimat di atas hingga kini masih senantiasa berdenging-denging di telinga kita. Dari pidato-pidato para pejabat, nasionalis, aparat, hingga sekadar percakapan ringan para rakyat jelata (seperti penulis artikel ini tentunya).<br /> <br /> Dalam KBBI, bangsa memiliki definisi pengertian sebagai berikut: (1) kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuhan yang memiliki asal-usul dan sifat khas yang sama. Maka dari itu, adalah lazim ketika kita mendengar sebutan: bangsa jin, bangsa lelembut, bangsa unggas, bangsa priyayi, bangsa begajul dan lain sebagainya. Dengan kata lain, kata “bangsa”  dalam hal ini memiliki arti lebih luas dan kontekstual.<br /> <br /> Akan tetapi, meskipun definisi kata “bangsa” tersebut di atas tidak semata-mata mengacu pada pengertian sempit, seperti bangsa Indonesia, misalnya. Atau bangsa Malaysia, bangsa India, bangsa Jerman dan lain-lain, tetapi kali ini saya akan meletakkan kata “bangsa” pada nukilan pepatah tersebut dalam arti lebih sempit saja. Bangsa di sini akan saya pinjam untuk mewakili Indonesia (negara kita tercinta ini). Kenapa? Ya, karena kali ini saya hendak sedikit membahas tentang eksistensi bahasa Indonesia di mata kita sebagai orang Indonesia itu sendiri.<br /> <br /> Ketika akhirnya saya (nekad) memutuskan untuk menulis artikel abal-abal ini, sebelumnya dalam diri saya sempat terjadi semacam baku debat yang tidak jelas alasannya. Bagian diri saya yang lain mencegah dengan alasan bahwa saya bukanlah seorang yang ahli, gramatika, linguistik, atau apa pun istilahnya. Bukan pula sesorang yang bekerja di lembaga pusat Bahasa, yang konon telah berubah nama menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, atau Badan Bahasa. (saya sadar sesadar-sadarnya bahwa tugas beliau-beliaulah sebagai pembina, pemelihara dan pelestari bahasa Indonesia. Lagi pula orang yang hendak saya kritik kali ini pun jelas-jelas seratus delapan puluh derajat lebih baik dan lebih mumpuni daripada saya. Apa mau dikata?<br /> <br /> Tapi, nyatanya perkelahian aneh pada diri saya itu tidak berhenti sampai di situ. Ada sosok lain yang tiba-tiba muncul dalam diri saya dan serta-merta bertanya dengan sinis kepada saya: “Bukankah kamu juga orang Indonesia, Bro?” Tentu saja saya orang Indonesia, kataku. “Nah, apa Lagi?”<br /> <br /> Dari situlah saya meyakinkan diri betapa kesalahan itu seharusnya memang tidak boleh dibiarkan. Maka, dengan sedikit malu-malu akhirnya jadilah tulisan tidak bermutu yang Anda baca sekarang ini. Sebenarnya saya hanya ingin mengatakan satu hal saja. Dan sangat “remeh”. Beberapa waktu lalu, entah untuk yang keberapa kalinya saya melihat tayangan forum diskusi pada salah sebuah televisi yang sedang membahas ihwal keadaan negeri belakangan ini. Dari sekian banyak orang yang ada di sana hampir semua menekankan arti sebuah perubahan bagi negeri. Agaknya tema kali itu adalah sebuah kekecewaan pada perubahan ke arah lebih baik yang pernah dijanjikan oleh pemerintah. Itu bisa saya lihat dari bagian isi pembicaraan yang saya dengarkan. Kira-kira intinya begini: “Siapa lagi yang akan merubah keadaan negeri ini....”<br /> <br /> Akhirnya, perhatian saya tidak lagi tertuju pada isi pembicaraan para pakar tersebut, melainkan sepenggal kata “merubah” yang baru saja saya dengarkan. Dalam hati saya berujar, ternyata sederet gelar di belakang nama mereka tidak menjamin bawa mereka fasih berbahasa Indonesia secara baik dan benar, meskipun pada kenyataannya para beliau itu berkecimpung dalam ranah ke-Indonesiaan. Pertanyaannya, ini salah siapa? Barangkali ada yang berpendapat hal itu bukanlah hal penting yang layak untuk dirisaukan. Toh, sama sekali tidak memengaruhi inti dari sebuah komunikasi. Benar, jika demikian alasannya. Akan tetapi, apalah arti pepatah luhur yang sudah saya sebutkan pada awal tulisan saya sebelumnya?<br /> <br /> Kita semua tahu maksud kata “merubah” tersebut maksudnya adalah “mengubah”, karena berasal dari kata “ubah”. Tetapi, hampir setiap hari kita mendengar orang mengucapkannya dengan kata “merubah”, padahal kata merubah tidak cocok untuk konteks kalimat di atas. Lain hal dengan lagu berjudul “Rubah” milik Bang Iwan Fals:<br /> <br /> “Zaman berubah perilaku tak berubah<br /> Orang berubah tingkah laku tak berubah.<br /> Wajah berubah kok menjadi lebih susah<br /> Manusia berubah<br /> berubah – rubah<br /> <br /> Pada baris terakir tersebut tentu saja Bang Iwan ingin mengatakan bahwa manusia berubah menjadi Rubah (binatang karnvora sejenis anjing yang bermoncong panjang). Prilakunya seperti binatang rubah. Bukan “Berubah-rubah” seperti yang selama ini sering salah dipahami. “Berubah” dari kata dasar “ubah”, maka jika diulang akan menjadi berubah-ubah. Jika diberi imbuhan awalan “me” maka menjadi “mengubah” bukan “merubah”. Begitupun bila diberi awalan “di” akan menjadi “diubah” bukan “dirubah”.<br /> <br /> Lagi-lagi, bahasa menunjukkan bangsa. Dengan kata lain, kalau boleh saya tafsirkan, sebaik apa bangsa dimaksud, bisa diukur dari sebaik apa pula bahasa yang dipakai oleh suatu bangsa itu sendiri. “Baik” dalam hal ini tidak hanya ditinjau dari sisi normatif dalam penyampaian belaka, namun semestinya mencakup sejauh mana kadar penghargaan kita terhadap keberadaan bahasa itu sendiri. Jika menghargai bahasa sendiri saja sudah dianggap sebuah ketidakpentingan, bagaimana kita bisa menghargai eksistensi sebuah bangsa?<br /> <br /> Hal yang saya sampaikan di atas hanyalah segelintir contoh yang bisa kita temui setiap saat di mana pun kita berada. Di perkantoran-perkantoran, di kampus-kampus, bahkan elemen-elemen pemerintah yang nyata-nyata digaji besar demi tegaknya sebuah bangsa. Lantas ini tanggung jawab siapa? Sampai pada tahap pertanyaan seperti ini, tiba-tiba saya bersyukur memilih profesi menjadi penulis. Meskipun kenyataannya susahnya setengah mati, namun menulis adalah pekerjaan mulia. Jika ada seseorang yang sangat detil dalam memperlakukan bahasa, maka penulislah orangnya. Penulis selalu memerhatikan setiap detil huruf, kata, bahkan bagaimana menempatkan tanda baca.<br /> <br /> Penulis memang tidak semudah artis untuk bisa menjadi kaya, tetapi saya pikir memutuskan untuk menjadi penulis merupakan sebuah gagasan yang mulia. Bayak orang yang hanya cuap-cuap di You-Tube, melenggak-lenggokkan tubuh, atau sekadar komat-kamit di depan handycam-nya, di-upload ke internet, lantas tiba-tiba menjadi terkenal dan kaya. Tetapi, tidak bagi Penulis. Penulis harus benar-benar memeras segala tenaga dan pikirannya demi sebuah gagasan yang layak dan berguna. Lantas, apakah dalam kasus kerusakan bahasa kita, penulislah yang mesti memperbaikinya? Entahlah. Bisa jadi jawabannya, Ya. Tapi, Indonesia, Bung, bangsa di mana sebagian besar para orang tua lebih membiarkan anaknya menghabiskan uangnya untuk main game di warnet daripada menghimbau mereka untuk menabung demi sebuah buku.<br /> <br /></div>

“Rubah”: Salah kaparah yang dianggap lumrah?

Oleh Reno Rahardja “Bahasa menunjukan bangsa”. Jika kutipan pepatah tua melayu tersebut saya tanyakan kepada Anda, saya yakin sekali Anda...

Lanjutkan Membaca

Menjelajahi Kekayaan Nusantara

<div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"> Judul: Kitab Budaya Nusantara</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-s0TbVmXr50I/Twyaec5C1dI/AAAAAAAAAFk/0q2PrwwzW-8/s1600/1099_kitab-budaya-nusantara-diva.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-s0TbVmXr50I/Twyaec5C1dI/AAAAAAAAAFk/0q2PrwwzW-8/s200/1099_kitab-budaya-nusantara-diva.jpg" width="156" /></a> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <br /></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Oleh : Hamid Bahari <br /> Harga :<strike> Rp. 60000</strike> ; Rp 48 000 (Disc 20%)<br /> Ukuran : <br /> Tebal : <br /> Terbit : Oktober 2011 <br /> Penerbit : DIVA Press<br /> <br /> <br /> Sekilas tentang isi buku<br /> Tidak semua orang menyadari betapa beragamnya budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Padahal, setiap daerah memiliki budaya yang berbeda, mulai dari pakaian adat, rumah adat, tari tradisional, alat musik tradisional, senjata tradisional, bahasa, suku, hingga lagu daerah.<br /> Nah, untuk mengetahui ragam budaya di Indonesia itu, Anda tidak perlu berkeliling nusantara dan menghabiskan uang jutaan rupiah. Anda hanya membutuhkan buku ini!<br /> Sajian ragam budaya nusantara dari berbagai daerah di Indonesia akan Anda temui di buku ini. Di antaranya, Aceh, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, Papua, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan lain sebagainya.<br /> Buku ini pun menampilkan selayang pandang kerajaan-kerajaan nusantara, seperti Kerajaan Mataram, Majapahit, Demak, Pajang, Singosari, Sriwijaya, Banten, dan lain-lain.<br /> Istimewanya, penuturan ragam budaya nusantara di buku ini diperkaya dengan gambar-gambar full color yang menarik. Jadi, pengetahuan Anda tentang ensiklopedia budaya nusantara semakin komplet dan sempurna.<br /> Selamat membaca!  </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;"><br /> </span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: small;">Sumber klik <a href="http://divapress-online.com/product/view/1099/kitab_budaya_busantara.html" target="_blank">di sini</a></span></div>

Menjelajahi Kekayaan Nusantara

 Judul: Kitab Budaya Nusantara   Oleh : Hamid Bahari Harga : Rp. 60000 ; Rp 48 000 (Disc 20%) Ukuran : Tebal : Terbit : Oktober...

Lanjutkan Membaca

LOMBA CERPEN RETAKANKATA

Tidak terasa blog RetakanKata hampir berumur satu tahun sejak berdiri pada 15 Februari 2011, satu hari setelah perayaan hari kasih sayang (Valentine Day). Pada usia yang masih sangat belia ini, RetakanKata sudah mempublikasi kurang lebih 125 artikel dalam waktu 10 bulan dan dikunjungi lebih dari 12300 kali. Memang belum berarti apa-apa untuk ukuran sebuah blog. Tetapi semua itu patut untuk disyukuri di tengah berbagai tantangan kesulitan sumber daya manusia pengelolanya dan juga tentu saja sumber daya finansial yang semuanya bergantung pada donasi pendirinya. Semua masih terus berproses untuk dan mewujudkan pembangunan budaya dengan pendekatan sastra. Budaya menulis, budaya membaca, budaya berpikir dan yang lebih penting mengurangi budaya instan.<br /> Teknologi diciptakan untuk mempercepat proses dan berproduksi. Tetapi secanggih apapun teknologi, itu tidak mengubah bahwa manusia harus tetap berpikir, membaca, menulis dan belajar. Tanpa mempertahankan proses berpikir ini, teknologi akan mati dengan sendirinya dan kemudahan-kemudahan dari hasil teknologi pun akan mendatangkan kesulitan baru. Untuk itu perlu keseimbangan dan pemeliharaan agar manusia tidak terperangkap pada budaya instan yang semakin akut dan abai terhadap proses berpikir dan belajar, terbuai kehebatan dan kenikmatan dari hasil teknologi.<br /> Untuk itu, dalam rangka peringatan 1 tahun blog RetakanKata dan dalam rangka mendukung pemeliharaan proses berpikir, blog RetakanKata menyelenggarakan lomba menulis cerpen dengan ketentuan sebagai berikut:<br /> 1. Peserta adalah warga negara Indonesia dan memiliki kartu identitas (KTP/KTM/ Kartu Pelajar atau Pasport Indonesia).<br /> 2. Tema: Bebas.<br /> 3. Peserta hanya boleh mengirimkan satu karya cerpen dengan ketentuan.<br /> • Peserta mengirim email dengan subyek LOMBA CERPEN RETAKANKATA ke retakankata@gmail.com dengan dilampiri dua file. Satu file berisi cerpen yang dilombakan (tanpa mencantumkan nama penulis dalam tulisan cerpen) dan satu file berisi biodata penulis secukupnya dan rekening bank serta dilampiri hasil scan kartu identitas.<br /> • Peserta mendaftar dengan cara submit sebagai follower pada blog RetakanKata dengan menggunakan alamat email yang akan digunakan untuk mengirim CERPEN serta tergabung dalam facebook page RetakanKata (Blog Seni dan Budaya). Pendaftaran lomba ini tidak dipungut biaya alias GRATIS.<br /> • Batas akhir pengiriman naskah adalah tanggal 10 Februari 2012 pukul 12.00 siang WIB.<br /> • Cerpen yang dilombakan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya, baik di media cetak maupun portal dan blog pribadi.<br /> • Cerpen tidak sedang diikutkan dalam perlombaan serupa.<br /> • Cerpen ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Indonesia.<br /> • Cerpen adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan sebagian atau seluruhnya.<br /> • Cerpen diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman pada kertas A4 dengan spasi 1,5 margin 4,4,3,3, dengan jumlah kata antara 1200 sampai dengan 3500 kata, termasuk judul dan catatan kaki.<br /> • Cerpen tidak mencantumkan nama pengarang.<br /> 4. Penilaian cerpen menggunakan sistem blind review (penulis dan penilai tidak diketahui namanya). Unsur utama yang dinilai adalah keindahan, kepadatan (bernas) cerita, dan kebahasaan. Cerpen yang tidak memenuhi ketentuan pada butir tiga, secara otomatis gugur. Seleksi pertama, akan dipilih 15 (lima belas) cerpen terbaik. Seleksi berikutnya, dari lima belas cerpen terbaik tersebut, akan dipilih Juara I dan Juara II. Lima belas cerpen terbaik akan dibukukan. 5. Hadiah:<br /> • Juara I Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) ditambah buku kumpulan cerpen lima belas terbaik.<br /> • Juara II Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) ditambah buku kumpulan cerpen lima belas terbaik.<br /> • Peserta yang cerpennya masuk pada lima belas cerpen terbaik akan mendapat buku kumpulan cerpen lima belas terbaik.<br /> 6. Ketentuan lain:<br /> • Semua cerpen yang dilombakan menjadi milik blog RetakanKata dan boleh dipublikasikan di blog RetakanKata.<br /> • Lima belas cerpen terbaik menjadi milik bersama yaitu penulis dan blog RetakanKata.<br /> • Keputusan juri atas lomba ini tidak dapat diganggu gugat.<br /> • Apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran atas ketentuan lomba ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penulis dan dikenai sanksi pencabutan penghargaan sebagai pemenang lomba, serta mengganti kerugian yang ditimbulkan.<br /> • Keuntungan dari penjualan buku lima belas cerpen terbaik akan dibagi tiga yaitu, untuk sosial (panti asuhan dan anak jalanan), untuk penulis dan untuk blog RetakanKata.<br /> • Ketentuan lain yang mungkin perlu ditambahkan dan hal-hal yang belum jelas akan disampaikan lewat email. Demikian juga dengan pertanyaan, agar disampaikan lewat email.<br /> Selamat Berkarya!<br /> <br /> Sumber : Klik <a href="http://retakankata.wordpress.com/2012/01/07/lomba-cerpen-retakankata/" target="_blank">di sini</a>

LOMBA CERPEN RETAKANKATA

Tidak terasa blog RetakanKata hampir berumur satu tahun sejak berdiri pada 15 Februari 2011, satu hari setelah perayaan hari kasih sayang (V...

Lanjutkan Membaca

Menjalani Ketentuan Tuhan

<div style="color: blue; font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> <span style="font-size: small;"><br> </span></div> <div style="color: blue; font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <span style="font-size: small;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-LwcxIo7_i5M/TqyF98XpCZI/AAAAAAAAAEw/V60P-BXx6AE/s1600/227828_1793974379043_1530181915_31891075_139789_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://2.bp.blogspot.com/-LwcxIo7_i5M/TqyF98XpCZI/AAAAAAAAAEw/V60P-BXx6AE/s200/227828_1793974379043_1530181915_31891075_139789_n.jpg" width="139"></a></span></div> </div> <div style="color: blue; font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> <span style="font-size: small;">Hidup memang sebuah misteri tak terbaca. Sebagai Homo Sapiens, sepanjang sejarah peradabannya, manusia selalu dijejali berbagai bentuk curiosity (rasa keingin-tahuan) berlebih terhadap misteri kehidupan dengan segala kepelikan yang menyelubunginya. Curiosity itu acap melahirkan sejuta pertanyaan baru hingga terkadang justru membingungkan perjalanan hidup manusia itu sendiri.</span></div> <div style="color: blue; font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> <span style="font-size: small;"><br> </span></div> <div style="color: blue; font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> <span style="font-size: small;">Apa, mengapa, kapan, dan seribu satu macam lagi pertanyaan yang senantiasa melintas di kepala dari hari ke hari. Manusia terkadang enggan memahami bahwa ada beberapa hal yang tak dapat dijamah keterbatasan akalnya: sesuatu yang gelap dan rahasia, yang sengaja disimpan Sang Maha Rahasia.</span></div> <div style="color: blue; font-family: Times,"Times New Roman",serif;"> <span style="font-size: small;"></span><br> </div>

Menjalani Ketentuan Tuhan

Hidup memang sebuah misteri tak terbaca. Sebagai Homo Sapiens, sepanjang sejarah peradabannya, manusia selalu dijejali berbagai bent...

Lanjutkan Membaca