Ketika membuka akun facebook, kita akan selalu dihadapkan pada ribuan status yang bertebaran di halaman beranda kita dengan berbagai, corak dan gaya penyampaian masing-masing si empunya akun. Beberapa di antaranya sangat menginspirasi kita, beberapa lainnya sekadar basa-basi membuang keluh-kegalauan yang (barangkali) sudah tidak memungkinkan lagi ditampung dalam hati, sehingga memilih mencurahkannya di dinding facebook, twetter dan sejenisnya. Semua sah-sah saja, toh, itu hak mereka. Dan postingan saya kali pun ini tidak ingin membahas soal status-status galau tersebut. Seperti saya sampaikan di atas, postingan kali ini terinspirasi dari banyak status yang hampir setiap hari saya baca di facebook.
Kali ini saya tergerak untuk membahas masalah pemakaian kata depan dan awalan “di” yang seringkali dicampuradukkan oleh penulisnya. Kelihatannya memang sangat spele, namun sebagai orang Indonesia yang sudah semestinya merasa bangga akan bahasanya sendiri, tentu kita patut untuk melestarikannya dengan cara menggunakannya sesuai kaidah yang sudah ditentukan. Namun, sayang sekali, pada kenyataannya setip hari banyak kita jumpai teman-teman kita yang masih abai terhadap penggunaan bahasa kita sendiri. Buat saya itu sesuatu yang memperihatinkan dan seyogyanya diluruskan.
Dalam kaidah pemakaian bahasa Indonesia, kata “di” memunyai dua fungsi. Fungsi yang pertama, “di” sebagai awalan atau lazim disebut prefiks dan yang kedua, “di” sebagai preposisi atau kata depan. Kalau kita cermati, kedua fungsi yang jelas-jelas berbeda ini acapkali dicampuradukkan dalam penggunaannya.
Kata “di” dalam fungsinya sebagai prefiks atau awalan, selalu diikuti oleh kata kerja, dan ditulis serangkai dengan verba tersebut. Berbeda halnya dengan “di” sebagai kata depan atau preposisi, "di" selalu diikuti oleh kata yang menerangkan tempat. Dalam kasus ini, "di" harus ditulis terpisah dari keterangan tempat yang mengikutinya. Berikut ini adalah contoh, “di” sebagai prefiks:
· Dicubit
· Dipukul
· Ditulis
· Dibohongi, dst.
Adapun contoh “di” yang berperan sebagai preposisi atau kata depan, adalah:
· Di rumah
· Di pasar
· Di meja, dll.
Untuk keterangan tempat yang lebih spesifik, preposisi "di" mendapat tambahan kata yang sesuai dengan kekhususan tersebut, misalnya:
· Di atas
· Di bawah
· Di luar
· Di dalam, dsb.
Dalam konteks ini, preposisi "di" harus tetap ditulis terpisah dari kata spesifik tambahan tersebut. Mari kita cermati contoh berikut ini: di rumah, di meja, di sekolah, di kampus, dan di rumah adalah preposisi tidak khusus. Akan tetapi, ketika kita menulis: di dalam rumah, di atas meja, di depan sekolah, di belakang kampus, dan sbagainya, adalah preposisi spesifik, atau khusus).
Preposisi "di" juga ditulis terpisah jika diikuti kata-kata, seperti antara (di antara), mana (di mana), sana/sini (di sana/sini). Preposisi "di" tidak boleh digunakan untuk menunjukkan waktu. Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada". Perhatikanlah contoh berikut: di zaman prasejarah, di era reformasi, di masa lalu, di bulan yang akan datang, dan di senja hari (tidak sesuai dengan kaidah). Penulisan yang benar seharusnya: pada zaman prasejarah, pada era reformasi, pada masa lalu, pada bulan yang akan datang, dan pada senja hari (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia). Kalaupun ada keterangan waktu yang menggunakan preposisi "di", biasanya hal semacam itu terdapat dalam sebuah sajak atau syair. Penyair memang memiliki kebebasan yang dikenal dengan sebutan licentia poetica. Seorang penyair biasanya harus menyusun kata-kata sedemikian rupa untuk mendapatkan kesesuaian rima, ketukan dalam kalimatnya sehingga dapat melahirkan efek rasa tertentu, sesuai dengan yang ingin mereka sampaikan.
Lebih jauh lagi, Preposisi "di" tidak boleh digunakan jika yang mengikutinya adalah kata benda abstrak atau tak berwujud. Sebagai gantinya, digunakan preposisi "pada", atau "dalam". Misalnya: di perjamuan itu, di pikiranmu, di pertemuan itu, atau di saat ini (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, pada (dalam) perjamuan itu, pada (dalam) pikiranmu, pada (dalam) pertemuan itu, dan pada (dalam) kesempatan ini (sesuai dengan kaidah). Kata depan "di" tidak digunakan jika keterangan tempat didahului oleh angka (jika kata depan itu diikuti oleh angka), misalnya, Di sebuah desa, di dua sisi, di banyak kantor, dan di lima kota (tidak sesuai dengan kaidah). Adapun, Pada sebuah desa, pada dua kamar dipasang, pada banyak kantor, dan pada lima kota (sesuai dengan kaidah).
Diramu dari situs Pelitaku.

0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment