Hidup memang sebuah misteri tak terbaca. Sebagai Homo Sapiens, sepanjang sejarah peradabannya, manusia selalu dijejali berbagai bentuk curiosity (rasa keingin-tahuan) berlebih terhadap misteri kehidupan dengan segala kepelikan yang menyelubunginya. Curiosity itu acap melahirkan sejuta pertanyaan baru hingga terkadang justru membingungkan perjalanan hidup manusia itu sendiri.

Apa, mengapa, kapan, dan seribu satu macam lagi pertanyaan yang senantiasa melintas di kepala dari hari ke hari. Manusia terkadang enggan memahami bahwa ada beberapa hal yang tak dapat dijamah keterbatasan akalnya: sesuatu yang gelap dan rahasia, yang sengaja disimpan Sang Maha Rahasia.


Dengan bahasa ringan yang mengalir, melalui novel Hatiku Hati Wanita ini, Roidah ingin mengatakan bahwa betapa pun berusahanya, toh manusia tetap tak akan mampu menembus benteng rahasia perjalanan hidupnya. Menerima keputusan Tuhan dengan rida adalah sebuah harga mati, betapa pun berat menjalaninya.

Sayangnya, pada titik lelah tertentu, ketika kegelisahan hati tak kunjung mendapat pencerahan sering manusia cenderung berspekulasi dengan praduganya sendiri. Alhasil, bukannya mendapat pencerahan, sebagian justru terperosok dalam kubangan syak wasangka. Lantas, tanpa sadar menjustifikasi keputusan Tuhan berdasarkan kesimpulan yang dibuat sepihak tersebut. Mereka seolah lebih tahu jalan hidup terbaik untuknya.

Risti, gadis 26 tahun, tokoh utama dalam novel ini mungkin salah satu contohnya. Ia menganggap rumah tangganya begitu gelap karena ia ditakdirkan menikah dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Tanpa sadar ia abaikan kewajibannya sebagai istri hanya karena asumsi bahwa Yuga, suaminya, adalah laki-laki brengsek yang hanya bisa mempermainkan wanita.

Kesungguhan Yuga untuk menunjukkan ketulusan cinta pada istrinya pun selalu sia-sia. Bagi Risti, Yuga tetaplah suami munafik yang pintar bersembunyi di balik wajah kepura-puraannya. Risti tak pernah bisa memercayai cinta suaminya.

Cerita diawali dari kegelisahan Risti yang menaruh hati pada Sagara, teman sepekerjaannya. Sayangnya, cinta Risti harus terganjal karena Sagara lebih mencintai sahabatnya sendiri. Dalam kegalauannya itulah, Yuga, seorang eksekutif muda yang ia kenal tanpa sengaja, mulai memasuki kehidupannya.

Risti tak tergoda oleh semua kelebihan yang dilihat dari pemuda itu. Latar belakangnya sebagai orang kurang mampu membuatnya antipati terhadap orang kaya. Namun, rupanya Risti tak bisa berbuat apa-apa ketika ternyata pemuda itu adalah bos bapaknya yang bekerja sebagai satpam di perusahaan itu. Demi menyenangkan hati bapaknya yang dirundung dilema balas budi, akhirnya ia terpaksa menerima pinangan Yuga.

Novel ini berhasil mengajak pembaca untuk menyadari bahwa perjalanan hidup memang sering melahirkan banyak kata tanya. Sebuah misteri yang (mau-tak-mau) harus dijalani dengan ikhlas. Toh pada saatnya nanti misteri itu akan terpecahkan dengan sendirinya. Mungkin Risti bukanlah satu-satunya perempuan yang harus menghabiskan waktu bersama suami yang tak pernah dicintainya.

Mungkin pula ia bukan satu-satunya perempuan yang sepanjang hari dihinggapi pertanyaan; "mengapa harus", dan "sampai kapan".

Lantas, adakah sebuah hikmah dari setiap peristiwa? Melalui novel religius ini Roidah begitu cakap menjawabnya.


Peresensi Reno Rahardja, penulis lepas dan penikmat sastra. Bergiat di Serambi Sastra FLP ciputat, Jakarta.
Dapat juga di akses di Koran Jakarta.

Judul : Hatiku Hati Wanita
Penulis : Roidah
Penerbit : Laksana
Tahun : I, 2011
Tebal : 225 Halaman
Harga : Rp 36.000,

0 comments Blogger 0 Facebook

Post a Comment

 
Sanggar Penggalih © 2013. All Rights Reserved. Powered by Han Artwork
Top