Kita Dan Hujan Pagi Itu
: Kepada saudaraku
Oleh Hann Rahardja


Begitu lama kita berkubang di genangan lumpur dan hujan
saling ciprat melempar tawa
asyik berenang-renang hingga lupa pesan Ibu yang menyeru agar bergegas pulang
sebelum petang datang merenggut segala yang bernama terang
Kita selalu merasa hari ini hujan terakhir yang mesti kita nikmati
hingga seolah punya banyak alasan untuk melupa diri
: ini hujan terakhir sebelum musim kemarau bergulir
meranggaskan kenangan kita akan kesejukan tetes-tetes air.
Untuk apa kita terlalu banyak membuang waktu demi berpikir?
Tetapi akhirnya kita tersadar setelah gelap berangsur menjadi debar.
Jalan pulang semakin samar
lantas kita saling bertanya, kemana hendak mencari setitik suar?
Lihat, pohon-pohon kehilangan bayangan
Sekeliling begitu hitam. Sekeliling begitu pekat menggidikkan
kita mematung tanpa kata. Tanpa peta
lalu hanya bisa meratap memanggil-manggil nama Ibu
dengan mimik paling sesal dan terluka.
Tangerang,18 Februari 2011

0 comments Blogger 0 Facebook

Post a Comment

 
Sanggar Penggalih © 2013. All Rights Reserved. Powered by Han Artwork
Top