(monolog rindu untuk seorang teman)
Oleh: Reno Rahardja
Bening,
Pada sebongkah karang itu pernah aku pahatkan janji tentang kokohnya sebuah cinta
yang takkan pernah tertumbangkan.
juga tentang kekalnya sebentuk pendirian yang seringkali kau pertanyakan.
Hari ini, Bening, setelah tiga tahun berlalu
kulihat bongkah karang itu masih berdiri setegak janjiku padamu. Sekokoh tekadku menunggumu.
Dan lihatlah sebaris kalimat yang bahkan tak sedikitpun kikis oleh waktu.
senja ini, dalam remang jingga aku menunggumu, Bening.
Aku menunggumu untuk buktikan bahwa setiaku masih sekokoh bongkah itu.
Aku menunggumu. meski aku tahu kau tak akan pernah kembali lagi ke pantai ini, sebagaimana janjimu tiga tahun lalu.
Aku tahu janji itu telah kau kubur dalam-dalam di ceruk hatimu.
Lalu kau timbun kenangan kita bersama perjalanan bahagiamu.
Tapi usah sedikit pun kau khawatir jika kehadiranku kali ini akan mengusik damaimu bersamanya.
Tak sedikit pun, Bening. Tak sedetik pun.
Aku hanya sedikit rindu pada rona tembaga milik sang jingga
Warna yang pernah sama-sama kita kagumi.
Aku hanya ingin mencoba menghanyutkan harap -yang pastinya jauh dari jawab-pada gemuruh ombak yang tak pernah tahu apa arti lelah. Sama sepertiku yang tak akan sejenak pun lelah merindukanmu.
Meski kerinduan ini hanya melahirkan lelehan-lelehan biru di dadaku.
Bening, seperti apakah wajahmu kini?
Masihkah senyummu sehangat matahari pagi?
Masihkah matamu selembut bintik embun dalam dekap kuntum-kuntum mawar? Masih pulakah bunga-bunga itu mekar menyejukkan taman hati yang pernah aku singgahi?
Bening! Rindu ini sungguh membebani.....
Oleh: Reno Rahardja
Bening,
Pada sebongkah karang itu pernah aku pahatkan janji tentang kokohnya sebuah cinta
yang takkan pernah tertumbangkan.
juga tentang kekalnya sebentuk pendirian yang seringkali kau pertanyakan.
Hari ini, Bening, setelah tiga tahun berlalu
kulihat bongkah karang itu masih berdiri setegak janjiku padamu. Sekokoh tekadku menunggumu.
Dan lihatlah sebaris kalimat yang bahkan tak sedikitpun kikis oleh waktu.
senja ini, dalam remang jingga aku menunggumu, Bening.
Aku menunggumu untuk buktikan bahwa setiaku masih sekokoh bongkah itu.
Aku menunggumu. meski aku tahu kau tak akan pernah kembali lagi ke pantai ini, sebagaimana janjimu tiga tahun lalu.
Aku tahu janji itu telah kau kubur dalam-dalam di ceruk hatimu.
Lalu kau timbun kenangan kita bersama perjalanan bahagiamu.
Tapi usah sedikit pun kau khawatir jika kehadiranku kali ini akan mengusik damaimu bersamanya.
Tak sedikit pun, Bening. Tak sedetik pun.
Aku hanya sedikit rindu pada rona tembaga milik sang jingga
Warna yang pernah sama-sama kita kagumi.
Aku hanya ingin mencoba menghanyutkan harap -yang pastinya jauh dari jawab-pada gemuruh ombak yang tak pernah tahu apa arti lelah. Sama sepertiku yang tak akan sejenak pun lelah merindukanmu.
Meski kerinduan ini hanya melahirkan lelehan-lelehan biru di dadaku.
Bening, seperti apakah wajahmu kini?
Masihkah senyummu sehangat matahari pagi?
Masihkah matamu selembut bintik embun dalam dekap kuntum-kuntum mawar? Masih pulakah bunga-bunga itu mekar menyejukkan taman hati yang pernah aku singgahi?
Bening! Rindu ini sungguh membebani.....
0 comments Blogger 0 Facebook
Post a Comment